Now Loading

Peningkatan Layanan Kesehatan Hewan Selamatkan Planet Bumi

Peningkatan Layanan Kesehatan Hewan Selamatkan Planet Bumi
Foto : Drh. Pudjiatmoko, Ph.D. Medik Veteriner Ahli Utama.

CitraMediatama.com Jakarta - Drh. Pudjiatmoko, Ph.D. Medik Veteriner Ahli Utama

Planetary Boundary Layer (PBL) merupakan bagian dari troposfer bumi yang mendapat pengaruh secara langsung dari permukaan bumi, yang memiliki peranan penting dalam iklim, cuaca dan kualitas udara. PBL dikenal sangat sulit untuk diobservasi dari luar angkasa dikarenakan strukturnya yang sangat kompleks dan berubah-ubah.

Batas Planet Bumi atau Planetary Boundaries (PB) merupakan konsep yang melibatkan proses sistem Bumi yang mengandung batas-batas lingkungan. PB diusulkan pada tahun 2009 oleh sekelompok ilmuwan sistem Bumi dan lingkungan, yang dipimpin oleh Johan Rockström dari Pusat Ketahanan Stockholm dan Will Steffen dari Universitas Nasional Australia. Kelompok tersebut ingin mendefinisikan "ruang operasi yang aman bagi kemanusiaan" bagi komunitas internasional, termasuk pemerintah di semua tingkatan, organisasi internasional, masyarakat sipil, komunitas ilmiah dan sektor swasta, sebagai prasyarat untuk pembangunan berkelanjutan. Kerangka tersebut didasarkan pada bukti ilmiah bahwa tindakan manusia sejak Revolusi Industri telah menjadi pendorong utama perubahan lingkungan global.

Menurut kerangka kerja PB, "melanggar satu atau lebih Batas Planet Bumi dapat merusak atau bahkan menimbulkan bencana karena risiko melampaui ambang batas yang akan memicu perubahan lingkungan mendadak dalam skala benua ke sistem skala planet.” Batas proses sistem bumi menandai zona aman bagi planet sejauh mereka tidak dilampaui. Pada tahun 2009, dua perbatasan telah dilampaui, sementara yang lain dalam bahaya untuk dilampaui.

Menurut OIE Layanan Kesehatan Hewan memainkan peran penting dalam kesehatan hewan, produksi pangan asal hewan dan kesejahteraan hewan. Selain itu, Layanan kesehatan hewan juga terlibat erat dalam menjaga keamanan kesehatan global dan kesehatan planet bumi kita ini. Sebagai contoh pada saat ini telah semakin meningkatnya perhatian dalam pengembangan sistem surveilans penyakit hewan yang sensitif dan responsive. Direktorat Kesehatan Hewan juga telah menyiapkan Pedoman Teknis Surveilans Penyakit Hewan. Pedoman ini disusun sebagai salah satu acuan bagi pengambil kebijakan dan petugas pelayanan veteriner dalam menerapkan kegiatan surveilans secara tepat, benar, dan tepat waktu. Surveilans tersebut dapat mengantisipasi dampak perubahan iklim baik terhadap hewan akuatik (ikan dsb) maupun hewan darat (ternak sapi dsb), baik domestik maupun non-domestik.

Penyebaran Penyakit dan perubahan iklim merupakan dua faktor penting dalam “Sembilan Batas Planet bumi” atau The nine planetary boundaries (PB), yang digunakan untuk memantau tanda-tanda vital planet bumi yang kita tempati ini. “Sembilan Batas Planet bumi” tersebut meliputi (1) Hilangnya integritas biosfer; (2) Perubahan siklus biogeokimia; (3) Pengasaman air laut; (4) Perubahan system penggunaan lahan; (5) Penggunaan air tawar global; (6) Penipisan ozon stratosfer; (7) Pemuatan aerosol atmosfer; (8) Polusi Kimia; (9) Perubahan iklim.

Dokter hewan melalui layanan kesehatan hewan sudah menangani Batas planet bumi tersebut secara rutin. Dalam praktik klinis, Batas yang dimaksud merupakan rentang normal dari berbagai fungsi fisiologis yang digunakan untuk menentukan kesehatan hewan. Dalam hal kesehatan lingkungan hidup, konsep Batas Planet Bumi menyediakan mekanisme untuk meninjau dan membahas sembilan batasanyang mencerminkan stabilitas, status, dan sistem Bumi. Konsep Batas Planet Bumi merupakan perangkat komunikasi untuk membangun konsep yang lebih tinggi atau lebih umum dari beberapa konsep yang telah ada berupa serangkaian Batas tertentu yang dapat membantu memusatkan perhatian dan menentukan tujuan profesi kedokteran hewan secara menyeluruh.

Konsep kerangka kerja tersebut mendefinisikan “Ruang aksi yang aman” bagi manusia dan hewan berdasarkan proses biofisika dasar yang mengatur stabilitas sistem bumi. Ketika Batas Planet Bumi ini dilampai maka akan meningkatkan risiko yang menghasilkan perubahan lingkungan berskala besar, tidak diinginkan, tiba-tiba atau tidak dapat diubah.

Pada tahun 2020, Rockström dkk mengilustrasikan bagaimana konsep Batas Planet Bumi (PB) dapat digunakan untuk mengomunikasikan opsi untuk 'planet-proofing' sistem pangan global, yang dilaporkan melampaui lima dari sembilan PB. Pertama mendefinisikan PB untuk ambang batas sistem pangan untuk mengidentifikasi penggunaan yang berlebihan sumber alam global hingga keadaan kritis. Kedua, menekankan perlunya melihat lebih jauh dampak karbon dan perubahan iklim. Untuk membangun sistem pangan yang tangguh membutuhkan pendekatan sistem yang mengintegrasikan karbon, nitrogen, fosfor, air, tanah, keanekaragaman hayati dan stabilitas bioma; dan mengambil pendekatan kesehatan planet bumi dengan menggabungkan antar-disiplin ilmu untuk menangani budaya pangan, keamanan nutrisi dan stabilitas geopolitik, serta peran tata kelola, perdagangan, dan kesetaraan.

Hewan domestik telah dibagi menjadi empat kategori: hewan yang secara langsung berkontribusi pada kesehatan manusia, ketahanan pangan, nutrisi dan mata pencaharian melalui system: (a) produksi ekstensif, (b) produksi semi-intensif, atau (c) produksi intensif, dan (d) hewan yang mengandalkan manusia untuk ketahanan pangan dan kebutuhan lainnya dan tidak secara langsung berkontribusi terhadap kesehatan fisik, ketahanan pangan, dan/atau gizi manusia.

Kebijakan layanan kesehatan hewan nasional terkait dengan Batas planet bumi. Dokter hewan dan Layanan Kesehatan Hewan ditempatkan secara unik untuk berkontribusi pada pertimbangan dampak tata kelola hewan terhadap lahan dan lingkungan hidup dan juga terhadap kesehatan hewan dan produksi peternakan.

Hewan akuatik dan darat memiliki berbagai efek positif dan negatif pada proses yang dapat mengakibatkan baik melebihi PB atau tinggal di dalamnya. Efek ini dipengaruhi oleh tindakan yang diambil oleh dokter hewan dan Layanan Kesehatan Hewan. Hewan pada gilirannya dipengaruhi oleh perubahan proses Sistem Bumi ini, yang membutuhkan tindakan dokter hewan dan Layanan Kesehatan Hewan. Ada contoh penting di mana kebijakan Layanan Kesehatan Hewan berkontribusi untuk meningkatkan proses penyelamatan Bumi ini melalui regulasi kesehatan hewan tentang pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pengawasan antimikroba yang bertanggung jawab, dan kesejahteraan hewan. Contoh positif lain adalah cara pemerintah di banyak negara pembudidaya udang telah melarang pengadaan induk dan/atau benih udang dari alam. Hal ini menyebabkan inovasi dalam domestikasi udang dan program pemuliaan bebas patogen spesifik. Industri udang global sekarang kurang bergantung pada pemanenan sumber daya alam dan mampu mencegah dan mengendalikan penyakit menular.

Ada juga contoh lain Layanan Kesehatan Hewan atau kebijakan pemerintah dapat meningkatkan tekanan pada PB. Strategi pembangunan nasional yang fokus dalam peningkatan produksi pangan asal hewan untuk pasar domestik dan internasional, tanpa memperhitungkan dampak lingkungan, dapat berdampak negatif pada PB, termasuk integritas biosfer, perubahan sistem lahan, penggunaan air tawar, polusi kimia dan perubahan iklim.

Contohnya seperti (1) Pembuangan limbah yang tidak tepat dapat menimbulkan penyakit (misalnya penyebaran African Swine Fever melalui pemberian sisa pakan yang terkontaminasi); memungkinkan akses oleh hewan liar, dan mencemari lingkungan (akuakultur laut, penyebaran kotoran ternak); (2) Penggunaan parasitisida spektrum luas yang menghilangkan spesies non-target (misalnya ivermectin dan kumbang); (3) Praktik klinis kedokteran hewan, penggunaan plastik sekali pakai dan pengiriman cepat dengan kemasan ringan yang kuat - semua bergantung pada bahan bakar fosil.

Mengabaikan Batas Planet Bumi (PB) memiliki konsekuensi jangka panjang berupa kerugian terkait keberlanjutan, kelangsungan hidup, dan manfaat. Peningkatan besar-besaran dalam produksi ternak intensif dilaporkan menjadi penyebab paling signifikan hilangnya keanekaragaman hayati dalam beberapa dekade terakhir, dengan tingkat kepunahan diperkirakan 100 hingga 1.000 kali lipat dari tingkat pra-industri. Selain berkontribusi pada hilangnya keanekaragaman hayati, perluasan produksi ternak, dan sistem produksi ternak intensif telah dikaitkan dengan peningkatan risiko munculnya penyakit menular, resistensi antimikroba dan polusi udara karena debu halus dan amonia.

Bagaimana paradigma keberlanjutan baru dapat membantu meninjau dan merevisi mandat Layanan Kesehatan Hewan Nasional ? PBB menyerukan Negara anggotanya untuk 'membangun kembali dengan lebih baik' setelah pandemi COVID-19, dan FAO mempromosikan 'membangun ke depan dengan lebih baik' dengan merevitalisasi pertanian melalui penguatan pengelolaan sumber daya alam. Ini merupakan kesempatan untuk mengantarkan kerangka kerja nasional dan global baru yang berfokus secara khusus pada, dan selaras dengan, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG).

Jadi, bagaimana Layanan Kesehatan Hewan dapat berkontribusi pada upaya ini? Dokter hewan adalah pemimpin dan pemikir yang dihormati dalam komunitasnya. Layanan Kesehatan Hewan merupakan penentu arah kebijakan; dengan demikian, mereka memiliki tanggung jawab untuk mempertimbangkan keberlanjutan proses baru dan proses yang sudah ada. Pendekatan One Health sudah tidak asing lagi bagi banyak pemerintah dan penerapannya telah mendorong kolaborasi lintas sektor dan interdisipliner, terutama dalam pengendalian penyakit menular yang baru muncul. Meskipun demikian, berperan secara efektif dalam ruang kebijakan lintas sektor sangatlah menantang. Di sinilah alat komunikasi, seperti dari lintas batas sosial dan planet bumi, yang menggabungkan dua peta radar konsentris untuk menggambarkan lintas batas sosial dan ekologi yang mendukung kesejahteraan manusia, dan perputaran ekonomi dan model sistem pangan berdasarkan penggunaan kembali bahan, perbaikan produk, pembaruan produk, dan daur ulang bahan dan produk yang ada, bisa sangat membantu.

Data nasional Layanan Kesehatan Hewan juga dapat digunakan untuk menghasilkan ilustrasi khusus negara yang memadatkan sejumlah besar data menjadi satu. Pengembangan model nasional juga akan membantu mengidentifikasi kesenjangan data dan opsi hemat biaya untuk memperoleh data yang diperlukan dari waktu ke waktu. Hal ini akan membantu dalam mengidentifikasi sistem hewan yang beradaptasi dengan baik dengan kondisi agro-ekologi lokal dan dapat membantu meminimalkan atau mengurangi tekanan pada Batas Planet Bumi (PB).

Mengingat peran penting sumber pangan asal hewan untuk dikonsumsi manusia secara efisien, Layanan Kesehatan Hewan memiliki tanggung jawab untuk terlibat dan berkontribusi pada pembahasanbaik di tingkat nasional maupun global tentang transformasi sistem pangan. Agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan, yang menghasilkan SDG, menuntut agar kita bekerja untuk mencapai ‘masyarakat sehat dan planet bumi sehat’. Ada kesepakatan umum bahwa kita semua harus bersatu dalam pendekatan sistem pangan dan berusaha untuk menempatkan makanan di piring yang dapat diterima secara budaya, bergizi, aman, terjangkau, dan beragam. Perencana nasional harus berusaha mengidentifikasi diet sehat paling efektif yang terjangkau, mudah diakses, nyaman, dan tahan terhadap cuaca untuk berbagai kelompok status sosial dan di berbagai tempat.

Inovasi untuk mempercepat transisi menuju sistem pangan keberlanjutan di masa depan harus mempertimbangkan masalah perubahan pola makan, pengurangan limbah, dan peningkatan produktivitas melalui sudut pandang PB. Layanan Kedokteran Hewan Nasional berperan dalam mencapai SDG, yang bertujuan untuk memastikan konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Misalnya, dalam perikanan dan akuakultur, diperkirakan 35% dari panen global hilang atau terbuang setiap tahun. FAO menyatakan bahwa, dari produksi hingga grosir dan eceran, terdapat makanan yang terbuang. Pada umumnya paling tinggi limbah makanan untuk makanan yang lebih mudah rusak dan bergizi, termasuk buah, sayuran, dan produk hewani. 

Terbuangnya sia-sia pangan dan pemborosan pangan penting untuk diperhatikan karena penurunan kuantitas fisik dan/atau kualitas pangan menyebabkan pengurangan ongkos produksi dari aktivitas rantai pasokan, energi dan sumber daya alam yang terbuang dari produksi makanan yang tidak efisien, sumber nutrisi yang hilang, polusi termasuk emisi gas rumah kaca (GRK) dan penipisan sumber daya alam yang dapat mengatasi malnutrisi kronis yang sedang berlangsung dan mengurangi tekanan pada Batas Planet Bumi (PB). Layanan Kesehatan Hewan Nasional dapat menerapkan mekanisme untuk mengidentifikasi penyebab tercecernya pangan asal hewan dalam rantai pangan dan mengomunikasikannya kepada produsen pangan, dengan saran dan dukungan yang sesuai, untuk mengurangi kejadian tersebut kedepan.

Dimana tanggung jawab untuk sistem pangan dari hewan aquatik berada di luar Layanan Kesehatan Hewan, kerjasama dan kolaborasi yang kuat dengan otoritas perikanan nasional dan regional sangat penting untuk mempromosikan transformasi sistem pangan perairan yang bertanggung jawab dalam Batas Planet Bumi (PB) dan sejalan dengan strategi 'pertumbuhan biru' dan 'ekonomi biru' dimana laut dan kekayaan yang ada di dalamnya sebagai faktor produksi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Dalam situasi seperti itu, rekomendasi OIE agar Anggota menominasikan Aquatic Focal Point OIE dapat membantu memperkuat koordinasi. Sistem produksi yang presisi (mencakup serangkaian teknologi digital dan genomik yang memungkinkan peningkatan produksi dengan sumber daya yang lebih sedikit), bersama dengan peningkatan pemahaman profesi dokter hewan tentang lingkungan hidup dan dampak manusia terhadapnya, kemungkinan akan memainkan peran utama dalam mencapai keberlanjutannya.

Ketika tekanan pada sumber daya alam meningkat, Layanan Kesehatan Hewan berada pada posisi baik untuk memainkan peran yang semakin penting dalam memantau berbagai masalah yang lebih luas terkait dengan produksi pangan asal hewan domestik, pemanenan satwa liar yang berkelanjutan, dan rantai nilai yang terkait. Sehubungan dengan keamanan pangan (yaitu bebas dari kontaminasi biologis, kimia dan fisik), Layanan Kesehatan Hewan harus diberi wewenang dan sumber daya untuk secara teratur memantau, menganalisis, dan menanggapi masalah keamanan pangan yang terkait dengan lokasi produksi, rumah potong hewan, dan pasar daging. Dalam hal mempromosikan sistem produksi hewan air dan darat yang efisien dan berkelanjutan, Layanan Kesehatan Hewan harus semakin terlibat dalam kolaborasi sektoral dan interdisipliner, untuk memantau, menganalisis, dan mempromosikan sistem yang sesuai dengan kondisi lokal.

Promosi akuakultur yang berkelanjutan dan kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati melalui sistem produksi hewan ekstensif dan semi-intensif agro-ekologi dan regeneratif di lahan penggembalaan (yaitu lahan yang tidak dapat ditanami) cocok dengan definisi kesejahteraan hewan yang diperluas, One Welfare, One Health dan Planetary Health. Berkenaan dengan produksi hewan secara intensif, Layanan Kesehatan Hewan perlu terlibat dalam perdebatan sengit yang menanyakan bagaimana makanan yang layak untuk dikonsumsi manusia sebaiknya digunakan. Ahli gizi kesehatan masyarakat telah menyatakan bahwa tidak ada kasus gizi untuk memberi makan tanaman yang dapat dimakan manusia untuk hewan ternak, yang mengurangi pasokan kalori dan protein yang langsung tersedia untuk konsumsi manusia.

Dengan meningkatnya urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi, jumlah hewan kesayangan juga meningkat dan harus dipertimbangkan ketika menilai persyaratan ketahanan pangan. Hewan kesayangan seperti kucing (karnivora obligat) dan anjing (omnivora) membutuhkan pola makan berbasis daging dan karenanya memiliki dampak lingkungan yang lebih besar daripada herbivora. Misalnya, di Amerika Serikat, konsumsi energi anjing dan kucing hewan kesayangan sekitar 20% dari konsumsi energi populasi manusia, dan konsumsi makanan sumber hewani oleh anjing dan kucing saja bertanggung jawab hingga 58 ± 14,5 juta ton karbon dioksida-setara dengan metana dan dinitrogen oksida, dua GRK yang kuat.

Kucing dan anjing domestik juga mempengaruhi satwa liar dalam berbagai cara, termasuk predasi, transmisi patogen, hibridisasi, kompetisi, dan penangkapan hewan liar untuk makanan hewan peliharaan. Di masa depan, Layanan Kesehatan Hewan mungkin akan berperan dalam menyiapkan regulasi terkait promosi kesejahteraan hewan lebih luas termasuk mencakup kepemilikan hewan kesayangan yang bertanggung jawab yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan. Di luar ketahanan pangan, dampak dari peningkatan fokus profesional pada hewan kesayangan di lingkungan berpenghasilan tinggi mengarah pada peningkatan penggunaan bahan habis pakai sekali pakai, kemasan yang tidak dapat didaur ulang, dan pengiriman cepat untuk mendukung budaya konsumen hewan kesayangan. Para pemimpin dan penentu kebijakan dalam sektor kesehatan manusia mencatat bahwa profesi mereka memiliki tanggung jawab dan peluang besar untuk mengatasi perubahan iklim dengan mengurangi emisi GRK untuk membatasi berbagai bahaya terkait kesehatan. Demikian juga, dokter hewan, Layanan Kesehatan Hewan dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) memiliki kesempatan dan kewajiban untuk mengurangi tekanan manusia pada PB dengan meningkatkan kesehatan hewan, mengembangkan kesehatan hewan dan sistem produksi pangan dengan emisi GRK yang lebih rendah, dan meningkatkan kegiatan keanekaragaman hayati satwa liar yang sesuai secara lokal. Tindakan ini akan berkontribusi pada kesejahteraan hewan; ekonomi lokal, nasional dan global yang berkelanjutan; dan kesejahteraan manusia.

Dokter hewan harus siap dan memiliki sumber daya untuk terlibat dalam diskusi berbasis bukti tentang isu-isu penting yang disajikan di atas. Mandat dan kerangka peraturan Layanan Kesehatan Hewan perlu diubah untuk memastikan bahwa Layanan ini dapat berpartisipasi penuh dalam transisi ke cara hidup yang lebih berkelanjutan di planet bumi kita.

Struktur apa yang diperlukan untuk mengaktifkan kontribusi layanan kesehatan hewan nasional ? Saat ini, Layanan Kesehatan Hewan biasanya beroperasi di Kementerian Pertanian, Peternakan dan/atau Perikanan dan/atau Sumber Daya Alam. Kinerja Kementerian ini biasanya dinilai dalam kaitannya dengan peningkatan pendapatan dan kontribusi terhadap produk domestik bruto, dengan sedikit atau tanpa hubungan langsung dengan kesehatan masyarakat atau lingkungan. Untuk meningkatkan penggunaan yang efisien dan keamanan input ke dalam hewan akuatik dan darat, dalam hal kesehatan planet bumi dan penduduknya, mandat dan pengaturan kolaboratif dan kelembagaan sektor juga harus diubah. Perubahan sederhana namun penting adalah pergeseran dari pengukuran produk domestik bruto ke pengukuran produk domestik bersih, di mana dampak sosial dan lingkungan dari produksi juga dipertimbangkan. 

Apabila hewan dibesarkan untuk bahan makanan, perdebatan tentang manfaat dan pertukaran dalam kaitannya dengan nutrisi langka, tanah dan air, dengan ahli gizi kesehatan masyarakat di Kementerian Kesehatan dan ilmuwan lingkungan hidup dan ahli biologi konservasi di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, akan membuatnya lebih mudah untuk mengidentifikasi sistem produksi yang dapat langsung diselaraskan dengan kesehatan manusia dan lingkungan. 

Apabila hewan dipelihara sebagai hewan kesayangan, Layanan Kesehatan Hewan dapat berkolaborasi dengan rekan kesehatan masyarakat untuk memberikan rekomendasi yang selaras kepada konsumen dan perusahaan pangan manusia, pakan hewan ternak dan hewan kesayangan terkait penggunaan terbaik nutrisi yang tersedia. Sebagai contoh, saat ini ikan pelagis dan jeroan hewan darat menjadi makanan hewan dan hewan kesayangan di negara-negara berpenghasilan tinggi, yang keduanya dapat dengan sangat efisien memenuhi kebutuhan nutrisi manusia.

Keterlibatan dengan nutrisi kesehatan masyarakat dalam kaitannya dengan makanan asal hewan yang sehat dan aman juga akan memberikan kesempatan untuk menentukan penyesuaian sistem produksi hewan akuatik dan darat, seperti perubahan genetika ternak dan komposisi pakan, untuk mencapai peningkatan jumlah produk akhir (misal daging tanpa lemak) yang layak untuk dikonsumsi manusia. Sebagai contoh, rekomendasi terkini dari Heart Foundation di Australia menyarankan makan daging unggas tanpa kulit, dapat mengurangi kandungan lemak secara keseluruhan, tanpa menyebutkan mengkonsumsi jeroan. Ini berarti sejumlah besar nutrisi yang ditemukan di seluruh ayam hilang ke rantai makanan manusia. Perubahan genetik dan nutrisi ayam juga berkontribusi pada situasi seperti ini.

Wang dkk. melaporkan bahwa, dibandingkan dengan ayam broiler tahun 1970-an (ketika dokter merekomendasikan makan lebih sedikit daging merah berlemak dan lebih banyak unggas karena kurus), karkas broiler modern mengandung lebih banyak energi lemak dibandingkan dengan protein dan secara signifikan lebih sedikit asam lemak omega-3. Temuan serupa tentang kualitas nutrisi keseluruhan yang lebih rendah dari ikan budidaya, jika dibandingkan dengan ikan liar, telah dilaporkan di Bangladesh, dengan seruan untuk selain melakukan pendekatan memaksimalkan produktivitas tetapi juga mempertimbangkan kualitas nutrisi. 

Ada beberapa penelitian yang secara langsung mengeksplorasi dampak modifikasi pakan ikan terhadap komposisi nutrisi ikan budidaya dan kesehatan manusia yang mengkonsumsi ikan. Konsumsi makanan kaya nutrisi yang dibatasi kalorinya juga akan berkontribusi untuk menurunkan obesitas pada manusia dan hewan kesayangan di banyak negara. Karena nutrisi dan kesehatan menjadi lebih penting dalam agenda pembangunan berkelanjutan, dan ketika konsumen menjadi lebih terinformasi, perhatian pada formulasi pakan dari semua hewan yang dipelihara secara intensif akan menjadi semakin mendesak.

Untuk tindakan yang lebih baik dalam pengelolaan risiko muncul dan muncul kembali patogen, Layanan Kesehatan Hewan perlu berkoordinasi dan berkolaborasi dengan lembaga perencanaan pemerintah, lembaga lingkungan hidup, lembaga kesehatan, lembaga keamanan pangan, sektor kehutanan, dan sektor perikanan. Karena jumlah ternak yang didomestikasi dan jumlah hewan kesayangan telah meningkat berkontribusi memperberat beban penyakit zoonosis.

Meskipun tumpahan patogen dari satwa liar ke hewan peliharaan dan manusia jarang terjadi, tetapi apabila terjadi bisa sangat signifikan. Penularan patogen dari satwa liar ke manusia tampaknya dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, seperti perubahan penggunaan lahan yang menyebabkan hilangnya kualitas dan jumlah habitat satwa liar, dan intensifikasi pertanian. Faktor-faktor tersebut memainkan peran yang sangat penting dalam mendorong munculnya penyakit zoonosis di kawasan hutan tropis yang memiliki keanekaragaman hayati. Ketika populasi manusia berkembang lebih jauh ke habitat alami (bersama dengan aktivitas terkaitnya, seperti pertanian dan perburuan), ini mengarah pada peningkatan peluang untuk kontak manusia-satwa liar, dan peningkatan penularan patogen pada antarmuka manusia-ternak-satwa liar.

Mendefinisikan peran dan tanggung jawab dengan jelas di semua lembaga pemerintah, termasuk Layanan Kesehatan Hewan, sangat penting untuk meminimalkan kemungkinan timbulnya kejadian tersebut, dan ketika kejadian tersebut memang muncul, dapat digunakan untuk manajemen insiden yang efektif. Memanfaatkan sepenuhnya sistem pengawasan dan pelaporan yang telah dimiliki Layanan Kesehatan Hewan (termasuk laboratorium Kesehatan Hewan) memfasilitasi dengan baik deteksi dini penyakit pada satwa liar, melindungi kesehatan manusia dan ternak, serta kesehatan satwa liar. Selain itu, ketika pemerintah memperkenalkan kebijakan dan program keanekaragaman hayati pertanian yang mencakup bangsa dan variabilitas hewan baru dan lebih beragam, kolaborasi aktif dengan Layanan Kesehatan Hewan dalam pengembangan dan pemantauan skema sertifikasi yang melibatkan satwa liar akan menjadi semakin penting.

Perubahan tren Batas Planet Bumi berpengaruh terhadap peran OIE ? OIE telah mengidentifikasi dengan tepat bahwa mandat OIE mencakup kerja sama Layanan Kesehatan Hewan untuk menjaga keamanan kesehatan global dan kesehatan planet bumi ini. Saat kita bergerak maju, hal ini akan membutuhkan perluasan jangkauan kegiatan OIE untuk memungkinkan Layanan Kesehatan Hewan berkontribusi pada pengembangan yang berkelanjutan hewan akuatik dan darat serta konservasi satwa liar. Hal ini kemungkinan akan mencakup: meningkatkan literasi veteriner mengenai pembangunan berkelanjutan dan kegiatan komunikasi dan rencana ke depan terkait bekerja sama dengan lembaga lingkungan hidup, memantau biomassa global hewan air dan darat domestik dan non-domestik untuk membantu menurunkan beban penyakit, meningkatkan produktivitas dan untuk mengurangi dampak lingkungan yang terkait kemampuan memantau efisiensi pemeliharaan hewan domestik dan efisiensi penggunaan karkas hewan makanan (misalnya berapa proporsi komponen karkas yang dapat dimakan yang memasuki rantai makanan manusia) bekerja sama dengan lembaga lingkungan hidup, pemantauan kesehatan satwa liar dan pedoman kualitas habitat tentang bagaimana mengukur dan mengklasifikasikan spesies dan breed hewan dalam kaitannya dengan dampaknya terhadap pembangunan berkelanjutan pada umumnya, dan pada PB pada khususnya. Jika kita terus 'menumbuhkan ekonomi' menggunakan struktur dan pendekatan yang ada, kita semakin berisiko melintasi PB. Oleh karena itu, teknologi, kebijakan, dan proses keterlibatan baru diperlukan tetapi ini harus mengakui bahwa PB saling berhubungan dan oleh karena itu diperlukan pertimbangan untuk memastikan bahwa peningkatan di satu PB tidak mengakibatkan kemerosotan yang lain.

Peran penting OIE terdepan dalam lintas sektor tercermin dalam Dewan Ahli Tingkat Tinggi One Health, yang melibatkan OIE, FAO, WHO dan Program Lingkungan PBB, dan keterlibatan aktif pemerintah nasional melalui Pemimpin Global One Health Kelompok Resistensi Antimikroba. OIE terus bekerja dengan Layanan Kesehatan Hewan untuk mendukung lembaga pelatihan kesehatan hewan nasional untuk memastikan bahwa lulusannya: a) memiliki pengetahuan dasar tentang status PB dan SDG secara nasional dan global; b) memahami dampak terkait dan proses mendasar yang terkait dengan PB di kaitannya dengan fisiologi dan perilaku hewan; c) menyadari adaptasi yang layak; d) memahami implikasinya terhadap profesi, misalnya dalam hal etika dan kode praktik; e) memiliki pemahaman dasar tentang bagaimana menerjemahkan tujuan kebijakan menjadi tindakan yang bermakna.

KESIMPULAN

Kolaborasi lintas sektor dan interdisiplin diperlukan untuk mencapai transformasi kerangka kerja di mana Layanan Kesehatan Hewan dilaksanakan. Transformasi tersebut tidak dapat didorong oleh profesi dokter hewan saja, meskipun dokter hewan telah membuktikan sebagai implementator yang sangat efektif di arena One Health. Dengan membangun hubungan lintas sektoral ini, profesi dan Layanan Kesehatan Hewan dapat berkontribusi secara aktif memberi solusi dan transformasi penting yang diperlukan untuk mendorong upaya penyelamatan Sistem Bumi ke dalam Batas Planet Bumi yang aman.

Leave a Comment