CitraMediatama.com Banten, - Oleh: Ade Mujhiyat (PNS di Kementerian Pertanian RI).
Dalam merespons makin mahalnya harga beras di dalam negeri. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian terus melakukan percepatan produksi beras. Produksi pangan mutlak ditingkatkan jika ingin menurunkan harga beras, Sebagaimana diketahui, peningkatan harga harga beras bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tapi juga harga beras dunia. Harga beras di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda akan turun. Mengutip Badan Pangan Nasional, harga beras medium dipatok Rp13.890 per kg atau naik Rp.60 (0,43%) dibandingkan hari sebelumnya. Sedangkan harga beras premium juga sama naik Rp. 50 (0,32%) menjadi Rp15.800 per kg.
Untuk mengantisipasi lonjakan harga beras tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah melakukan tanam untuk komoditas padi sejak Desember 2023 dan Januari 2024 dengan kurang lebih 4 juta hektare. Harapannya, pada masa panen nanti, pemerintah dapat memproduksi beras hingga 5-8 ton per hektare. Secara detail, standing crop atau tanaman yang sudah ditanam sejak Desember 2023 sebanyak 1,5 juta hektare (Ha) dan ditambah sebanyak 1,7 juta hektare pada Januari 2024. Adapun, total standing crop menjadi 3,2 juta hektare. Dan pada bulan Februari produksi mencapai 1,5 juta (ton).
Khusus di wilayah Banten, Angka tanam di Banten pada bulan Desember sudah di angka 46.963 hektare dan di bulan Januari sebanyak 63.371 hektare. Maka dipastikan produksi beras akan mengalami suplus. Produksi padi pada bulan Maret 2024 mengalami kelebihan atau surplus hingga 45.963 ton. Produksi padi tersebut telah mencukupi kebutuhan rata-rata per bulan masyarakat Banten yang hanya 119.677 ton per bulannya. Di Banten, produksi padi pada bulan Maret mencapai 261.965 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara beras 165.640 ton beras. Panen di bulan Maret yang merupakan hasil tanam di bulan Desember 2023 menyumbangkan produksi padi sekitar 261.965 ton atau surplus sebesar 45.963 ton dari rata-rata kebutuhan masyarakat per bulan.
Kondisi surplus tersebut disebabkan oleh meningkatkannya lahan tanam di wilayah Banten yang mulai memasuki musim penghujan dari bulan November 2023. Kondisi suplus juga terjadi pada bulan April 2024. Pada bulan ini ada panen raya yang menghasilkan 325.224 ton GKG atau setara beras 205.639 ton beras dan surplus 73.994 ton beras.
Dengan adanya kondisi suplus produksi beras, akan menciptakan mekanisme pasar yang wajar antara harga gabah dengan harga beras di pasaran. Sebab, harga gabah sudah menyentuh angka Rp. 8 ribu per kilogram. Hal itu tentunya akan berpengaruh kepada harga beras di pasaran. Dengan terjadinya surplus tersebut harga gabah di tingkat petani bukan mahal, tetapi wajar. Jika harga gabah terlalu tinggi, maka kasihan konsumen. Yang diinginkan adalah kondisi yang wajar, baik bagi petani dan juga konsumen.
Mitigasi Bencana Banjir dan Serangan OPT
Untuk mengantisipasi terjadinya gagal panen di Propinsi Banten, Dinas Pertanian (Distan) Banten melakukan mitigasi bencana banjir dan serangan hama Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat menyerang lahan pertanian. Karena di Banten terdapat beberapa daerah yang lahan pertaniannya rawan tekena banjir, khususnya di musim penghujan. Distan Provinsi Banten sudah melakukan pemetaan dan mencatat. Terdapat tiga Kabupaten dengan 11 Kecamatan yang masuk dalam kategori sangat rawan banjir. Ketiga daerah itu yakni Kabupaten Pandeglang, Lebak dan Serang.
Distan Banten memiliki tugas untuk melakukan mitigasi bagaimana jika terjadi suatu kejadian akibat perubahan cuaca seperti banjir, maka dampak idealnya itu tidak lebih dari 5 persen. Bersyukur, Banten dalam 5 tahun terakhir, terutama untuk kasus banjir boleh dikatakan belum pernah mencapai angka ekstrem di atas 5 persen. Di awal bulan Februari, Banten sudah memasuki puncak musim penghujan. Distan mencatat terdapat 900 hektare lebih sawah terendam banjir. Banjir itu merendam padi yang memiliki umur tanam selama 12-50 harian. Namun, banjir yang disebabkan hujan deras itu sudah surut. Distan memastikan tidak adanya lahan yang puso atau gagal panen akibat banjir itu.
Selain itu, Distan Banten juga melakukan mitigasi serangan hama atau Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) terhadap lahan tani di Banten. Distan Banten mencatat bahwa dimusim tanam ini serangan OPT juga turut meningkat. Terdapat lima OPT yang harus diwaspadai, yakni Pengerek Batang Padi atau PBP, Wereng Batang Coklat (WBC), Tikus, Hawar Daun Bakteri, dan serangan Blas. Karena itu, pada tahun ini Distan Banten sudah melakukan upaya penanganan hama dengan sistem smart farming atau sistem pertanian pintar, dengan memanfaatkan drone pintar untuk melakukan pengendalian hama dengan cara menyemprotkan cairan pembasmi hama yang ramah lingkungan kepada sawah yang terkena serangan hama.
Pihak Distan Banten selalu berkoordinasi dengan tim di lapangan untuk memantau kondisi pertanian, khususnya lahan yang terkena serangan hama. Pengendalian hama akan dilakukan dengan bahan yang ramah lingkungan, dan untuk mengantisipasi serangan hama itu dilakukan merode peramalan, seperti jenis hama apa saja yang berpotensi disuatu daerah dan lain-lainnya, sehingga serangan hama bisa dikendalikan.
Untuk menghindari petani merugi akibat gagal panen, pihak Distan Banten juga telah mendaftarkan 4.000 hektare lahan tani di Banten ke dalam program Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP). Ribuan lahan didaftarkan asuransi secara cuma-cuma oleh Distan Banten. Menginggat ribuan hektare lahan itu masuk dalam daerah rawan.
Asuransi usaha tanaman padi sangat penting diberikan kepada petani pada wilayah yang patut juga rawan terhadap banjir, kekeringan dan terhadap serangan hama. Dengan asuransi itu para petani tidak akan mengalami kerugian mendalam jika suatu saat mengalami gagal panen. Asuransi itu dibayarkan senilai Rp 36.000 perhektare, dan pihak Distan Banten sudah menganggarkan asuransi itu melalui APBD Banten 2024 senilai Rp144 juta.
Budidaya Padi Gogo
Propinsi Banten juga terus berkomitmen dan memacu para petani untuk meningkatkan produksi padi nasional, tak hanya di lahan pertanian tetapi juga di lahan-lahan perkebunan, melalui budidaya padi gogo. Distan Banten bekerjasama dengan Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Andi Nur Alam Syah dan Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementan, Heru Tri Widarto telah melakukan dua kali tanam padi gogo di dua kabupaten di Banten sekaligus. Pertama bersama Kelompok Tani Tunas Jaya di Desa Cilangkahan, Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak, Banten. Kedua dengan Kelompok Tani Harapan Jaya di Desa Bandulu, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten. Tanam padi gogo ini merupakan solusi strategis dalam menghadapi tantangan dampak akibat El Nino dan darurat pangan yang dihadapi petani maupun masyarakat luas. Hasil dari produksi gogo ini nantinya diharapkan bisa memenuhi
Wilayah Banten memang memiliki potensi besar untuk dilakukan penanaman padi gogo. Karena kondisi lahan di Banten dan budaya masyarakatnya lebih sesuai untuk di tanam padi, sedangkan lahan di wilayah lain lebih cocok ditanam jagung. Jadi tak hanya sekadar melestarikan maupun pelihara tanam padi saja, tapi juga berperan penting menyediakan pangan untuk masyarakat. Lahan yang ada harus dioptimalkan lewat Program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria). Program ini bisa dilakukan dengan tanamanan padi maupun jagung atau pagi gogo. Selain itu, Banten juga merupakan salah satu produsen padi peringkat delapan nasional. Dengan adanya tanam padi gogo ini, Banten diharapkan bisa memperoleh peringkat lebih baik lagi, apalagi padi gogo lebih tahan cuaca ekstrim sehingga cocok untuk kondisi iklim saat ini.
Semoga Propinsi Banten terus berupaya meningkatkan produksi padi yang memuaskan dan menjadi penyumbang cadangan pangan nasional. Sehingga cita-cita Indonesia untuk mewujudkan lumbung pangan dunia dapat tercapai. Insya Allah, Wallahu a’lam.
Leave a Comment