Now Loading

Produktivitas Mencapai 11 Ton, Ini Dia Rahasia Petani Indramayu

Produktivitas Mencapai 11 Ton, Ini Dia Rahasia Petani Indramayu
Foto : Hasil Panen Kabupaten Indramayu Mencapai 11 Ton GKP Dari Sebelumnya 4-7 Ton GKP.

CitraMediatama.com Indramayu - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jabar membuktikan penerapan Teknologi Inovasi Badan Litbang Pertanian yakni Budidaya Padi Ramah Lingkungan (BPRL) yang diaplikasikan pada demfarm Poktan Sri Rejeki, Desa Jaya Laksana, Kecamatan Bunder, Kabupaten Indramayu, memberikan dampak yang signifikan yakni kenaikan produktivitas yang dapat dilihat dari hasil panen mencapai 11 ton GKP dari sebelumnya 4-7 ton GKP. Hal tersebut dilaporkan oleh Peneliti sekaligus penanggung jawab kegiatan, Dr. Bambang Susanto, S.P., M.Si dalam kegiatan Panen Perdana Kegiatan Diseminasi Inovasi Teknologi Perbenihan dan Perbibitan Badan Litbang Pertanian, Kamis (29/08/21).

Ketua Poktan Sri Rejeki, Sanedi, membenarkan hal tersebut, “Dulu disini sebelum mengenal Teknologi BPRL ini, biasanya 4 sampai 6 ton atau 7 ton GKP, sekarang bisa 11 ton GKP,” tutur Sanedi. Selain itu menurutnya dengan penerapan BPRL para petani didorong untuk merdeka. "Petani itu harus merdeka. Jangan ketergantungan produk-produk luar negeri, kayak obat-obatan begitu. Dengan BPRL semua Kembali ke alam, jerami gak usah dibakar, dipakai lagi aja, pupuk kita ga usah ketergantungan dari luar semua bisa dari pupuk hewan, pakai yang alami hasilnya malah lebih bagus," ujar Sanedi. Baginya tak terlalu sulit menerapkan BPRL, terutama selain mendapat materi dari BPTP Jabar, ia bersama rekan turut mendapat bimbingan dari BPP setempat.

Budidaya Ramah Lingkungan telah menjadi isu yang hangat diperbincangkan. Oleh karena itu, guna mengembalikan kesuburan lahan, menjaga kelestarian alam serta meningkatankan produktivitas, Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Ir. Fadjri Djufry, MS., terus mengajak petani untuk menerapkan hasil inovasi teknologi yang telah dikeluarkan Balitbangtan. “Balitbangtan sangat berkomitmen dalam penyediaan inovasi teknologi pertanian untuk seluruh wilayah Indonesia. Balitbangtan memiliki inovasi teknologi pertanian dari hulu sampai hilir,” ujar Fajdry. Salah satu inovasi yang dimiliki ialah BPRL.

Usai panen, Bambang pun tak ragu membagikan rahasia dibalik peningkatan produktivitas pada demfarm seluas 10 Ha ini. “Disini kita menerapkan teknologi BPRL, yang pertama adalah pemilihan benih bermutu varietas unggul (VUB) yang dihasilkan Balitbangtan yakni Inpari 32, sistem tanam legowo 2:1 dengan jarak tanan 30 x 15 x 50 cm, biodekomposer (Agrodeco), Pupuk hayati (agrimeth) sebagai seed treatmet dan pemupukan berimbang, juga pengendalian OPT menggunakan pestisida nabati Bioprotektor,” jelas Bambang. 

Inpari 32 merupakan varietas Balitbangtan yang dapat memberikan hasil tinggi dan tahan hawar daun bakteri. Sementara Biodekomposer merupakan komponen teknologi perombak bahan organik diaplikasikan 2-4 kg/ha untuk mendekomposisi 2-4 ton jerami segar yang dicampur secara merata dengan 400 liter air bersih. Setelah itu larutan biodekomposer disiramkan secara merata pada tunggul dan jerami pada petakan sawah, kemudian digelebeg dengan traktor, tanah dibiarkan dalam kondisi lembab dan tidak tergenang minimal 7 hari. Biodekomposer mampu mempercepat pengomposan jerami secara insitu dari 2 bulan menjadi 3-4 minggu.

Lebih lanjut Plt. Kepala BPTP Jabar, Dr. Wiratno, M.Env, Mgt menyampaikan keresahannya atas kebiasaan petani membakar Jerami. Ia pun menyampaikan dengan masifnya pergerakan BPTP Jabar selama hampir dua tahun memperkenalkan teknologi BPRL, maka kebiasaan petani dapat berubah. “Jerami-jerami yang ada memiliki potensi lebih tinggi dari pada dibakar, Pengomposan jerami dengan aplikasi biodekomposer mempercepat residu organik menjadi bahan organik tanah dan membantu meningkatkan ketersediaan hara NPK di dalam tanah, sehingga meningkatkan efisiensi pemupukan dan menekan perkembangan penyakit tular tanah. Biodekomposer yang digunakan pada kegiatan ini adalah Agrodeco dengan dosis 2-3 kg/ha” terang Dr. Wiratno

Selanjutnya adalah pengaplikasian pupuk hayati Agrimeth yakni pupuk hayati berbasis mikroba non-patogenik yang berfungsi meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah melalui beberapa aktivitas yang dihasilkan oleh mikroba tersebut, diantaranya menambat nitrogen, melarutkan fosfat sukar larut dan menghasilkan fitohormon (zat pemacu tumbuh tanaman). Bambang menjelaskan pupuk hayati selama kegiatan hanya diaplikasikan satu kali, yakni pada saat benih akan disemai. Tehnik penggunaannya yaitu Benih padi yang telah direndam dan diperam selama 24 jam, kemudian ditiriskan (kondisi lembab) kemudian dicampur dengan pupuk hayati. Selanjutnya dilakukan pencampuran benih dengan pupuk hayati di tempat yang teduh. Setelah itu, benih padi yang telah dicampur pupuk hayati segera disemai, pada saat ini upayakan tidak ditunda lebih dari 3 jam dan tidak terkena paparan sinar matahari agar tidak mematikan mikroba yang telah melekat pada permukaan benih.

Pengaplikasian teknologi yang terakhir ialah Pestisida Nabati Bioprotektor yang berbahan aktif senyawa eugenol, sitronellal, dan geraniol untuk mengatasi serangan hama Wereng Batang Coklat (Nillaparvata lugens). Dalam perjalanannya Bio Protektor juga dapat mengendalikan hama Thrips, kutu kebul (Bemisia tabaci), nematoda (Meloydogyne sp.), keong mas (Pomacea sp.), tungau (Tetranychus sp.) dan walang sangit (Leptocorisa oratorius). Bioprotektor merupakan hasil invensi plt. Kepala BPTP Jabar, Dr Wiratno. “Bio Protektor juga dapat mengendalikan jamur patogen tanaman, seperti Fusarium sp dan Phythopthora spp. Secara umum Bio Protektor dapat berperan sebagai insektisida, nematisida, fungisida maupun moluskisida. Aplikasi pestisida nabati Bioprotektor dapat menjaga kelestarian serangga berguna seperti serangga penyerbuk dan musuh alami, sehingga dengan menerapkan ini, kita semua turut serta menjaga kelestarian alam dan lingkungan kita,” pungkas Wiratno.

Leave a Comment