CitraMediatama.com. POLMAN – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus mewujudkan regenerasi petani serta melahirkan wirausaha milenial di sektor pertanian. BPPSDMP juga berkomitmen menciptakan wirausaha milenial tangguh dan berkualitas
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan bahwa Indonesia harus menjalankan pertanian efektif, efisien dan transparan melalui pengembangan pertanian yang dimotori oleh petani milenial.
“Kementan sangat berkomitmen mendukung pengembangan pengusaha - pengusaha muda sektor pertanian di seluruh Indonesia. Untuk itu kami berupaya meningkatkan regenerasi melalui pengembangan petani milenial sekaligus memastikan bahwa bertani itu keren,” ujar Amran
Senada dengan Mentan, Plt Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi menyampaikan bahwa pertanian menjadi lapangan kerja menarik, prospektif dan menguntungkan. Para petani milenial harus mampu memanfaatkan sumberdaya alam pertanian secara optimal, profesional, sehingga menguntungkan dan mendatangkan "cuan".
Salah satu peluang agribisnis yang cukup menjanjikan di Indonesia saat ini adalah budidaya jamur. Terkenal kaya akan nutrisi, jamur dapat diolah menjadi makanan yang lezat untuk dikonsumsi. Faktanya protein yang ada pada jamur hampir sama dengan yang terdapat pada hewan. Bahkan jamur memiliki asam amino esensial histidin dan lisin lebih tinggi dibandingkan telur. Selain itu cara budidayanya juga sangat ramah lingkungan. Dimana bahan limbah dapat didaur ulang dan digunakan kembali. Apalagi kebutuhan jamur juga terbilang banyak, sehingga bisa dijadikan bisnis jangka panjang.
Adalah Muhammad Asri Aziz (30) pemuda asal Dusun Lemo Tua, Desa Kuajang, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar (Polman) yang telah sukses membudidayakan tanaman jamur tiram. Merintis usaha bersama sang istri pada tahun 2018, kini Alumni 45 Makassar jurusan Agroteknologi angkatan 2012 ini telah memiliki rumah produksi dan mampu meraup cuan lebih dari 10 juta per bulan dengan jangkauan pemasaran di wilayah Sulawesi hingga Kalimantan.
"Saya memulai semua secara otodidak, merintis dengan mencoba membudidayakan tiga ribu bibit jamur tiram dengan modal sendiri. Tak hanya menjual produk segar, kita coba oleh jamur tiram yang sering dianggap warga sebagai tanaman beracun menjadi olahan makanan, seperti kripik jamur. Rumah budidaya yang awalnya hanya sederhana kini dibuat lebih besar dan mampu menampung 30 ribu polibag bibit jamur”, terang Asri saat ditemui di rumah produksinya (19/07/2024).
Pemuda yang akrab disapa Asri ini menyebutkan budidaya jamur tiram yang di bibit dalam polibag ini akan tumbuh dengan waktu satu bulan enam hari.
“Polibag yang diisi dengan serbuk kayu, dedak, dan air ini merupakan wadah jamur tiram atau lebih dikenal dengan Baglog. Setelah tumbuh dan keluar jamur tiram warna putih, kita panen dan kita olah menjadi snack di rumah produksi. Selain kita olah menjadi keripik, produksi olahan lainnya berupa nugget dan samosa jamur, sosia jamur dengan merek Jamur Tiram Polman," katanya.
Ketika ditanya mengapa ia menggeluti sektor pertanian, Asri menjelaskan awal mula ia menekuni merintis usahanya ini berawal dari keprihatinan melihat banyak pemuda desa pergi merantau lantaran sulitnya lapangan pekerjaan. Dengan ketekunan yang ia miliki, budidaya jamur yang ia pelajari secara bertahap ini dapat membuka lapangan pekerjaan di lingkungan rumahnya. Kini usaha yang ia rintis selama enam tahun ini sudah menjadi Perseroan Terbatas (PT) Timur Mashroom Farm. Tak hanya itu, ia pun telah membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) bertajuk P4S Samaturu di tahun 2021.
Memiliki misi, menggalang Milenial sebagai regenerasi insan tani dengan pendekatan interpreneur, Asri berupaya memaksimalkan pemberdayaan masyarakat tani pada sektor hulu dan hilirisasi kerja produksi. Ia pun menjalin jejaring kemintraan dengan dengan pemerintah, instansi dan stakeholder terkait guna memperluas peluang pasar.
“Saya mencoba mengembangkan sistem industri pertanian berbasis pedesaan yang ramah lingkungan dan bekelanjutan dengan tetap menerapkan inovasi pertanian berbasis kearifan lokal. Intinya cuan dapat, pemberdayaan masyarakat sekitar khususnya pemuda berjalan dan alam tetap terjaga”, tegas Asri.
Asri pun sangat membuka lebar kesempatan bagi siapa saja yang ingin belajar budidaya jamur.
“Kami memiliki kelompok khusus untuk belajar budidaya jamur, dan kini sudah mencapai sembilan kelompok. Kami juga sudah memiliki binaan yang tersebar dibeberapa desa, rata-rata anggota KWT itu mencapai 25 orang," ujarnya.
Kegigihan Asri pun membuahkan berbagai penghargaan, diantaranya adalah Juara 3 pada ajang "pengusaha muda yang eksis dimasa pandemi" provinsi sulbar tahun 2020, Juara 2 Nasional "Bussines Plan Competition iForte Preneur 2021, Juara Harapan 1 ajang Inovasi "Temu Karya Inovator Tani Nelayan" PENAS XVI Sumbar 2023, UMKM Unggulan Bank Indonesia Sulbar 2023 hingga dikukuhkan menjadi Duta Petani Millenial (DPM) Kementerian Pertanian (Kementan).
Ia pun sering dipercaya menjadi narasumber, motivator pada berbagai kegiatan seperti narasumber di Perpustakaan Nasional RI "Pearl Learning Meeting" Tema Agro Literasi tahun 2022, Lulus sebagai Mentor UMKM dan keamanan cyber tahap 1-3 di micromentor 2023, Narasumber utama di ITBM "Strategi Pengembangan Bisnis" 2024 serta Guru tamu Dunia Industri SMK N. Tapango 2023-2024
Leave a Comment