CitraMediatama.com Jakarta - Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan terus berupaya meningkatkan produksi dan produktivitas serta mendorong potensi komoditas perkebunan agar memiliki mutu dan kualitas yang baik dan berdaya saing di pasar global, termasuk jambu mete.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Ekspor Komoditas Pertanian khususnya komoditas perkebunan berdasarkan kode HS, tahun 2021 volume Kacang Mete sebanyak 62.472.785,17 kg dengan nilai 118.883.280,56 US$.
“Jambu mete merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai strategis dalam pembangunan agribisnis perkebunan, manfaatnya mulai dari akar, batang, daun, biji hingga buahnya,” ujar Ali Jamil, Plt. Direktur Jenderal Perkebunan (22/02).
Ali Jamil menambahkan, Perkebunan jambu mete menjadi alternatif sumber hijau yang sangat mendukung perkembangan ternak, karena ditunjang oleh peranan vegetasi lahan sebagai penutup tanah dan pakan ternak, khususnya ternak sapi, dimana kotoran sapi (ternak) dapat juga digunakan sebagai sumber pupuk untuk tanaman jambu mete.
Diketahui bahwa, dari kulit biji mete dapat menghasilkan minyak mete (CNSL) yang merupakan bahan baku untuk kebutuhan industri kimia seperti cat, vernis, tinta, dan perekat, serta otomotif seperti kanvas rem, minyak rem, pelumas. Dimana pasarnya cukup terbuka dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Tak hanya itu, jambu mete diyakini memiliki manfaat untuk kesehatan, karena memiliki kandungan nutrisi penting seperti karbohidrat, protein, asam folat, hingga vitamin B3. Beberapa kandungan tersebut dipercaya mampu membantu menjaga daya tahan tubuh dan mencegah berbagai macam penyakit.
Secara nasional, sentra pengembangan mete berada di provinsi NTT, Sultra, NTB, Sulsel dan Jatim. Untuk di provinsi Jatim, salah satunya di Kab. Sumenep, dimana potensi tanaman mete tumbuh baik dengan produktivitas yang tinggi dan menjadi sumber benih mete lokal dan nasional, karena terdapat pohon induk mete yang telah direkomendasikan. Di wilayah itu juga banyak dijumpai usaha pengolahan mete menjadi kacang mete.
“Dalam upaya pengembangan jambu mete tentunya dihadapkan dengan berbagai tantangan, tentunya pemerintah tak tinggal diam, terus berupaya untuk meningkatkan nilai jual mete melalui pembinaan pekebun, pendampingan baik budidaya, pemeliharaan tanaman atau kebun, perbaikan pengolahan maupun pengemasannya serta upaya lainnya, sehingga produk hasil olahan mete memiliki nilai jual tinggi, mutu kualitas baik, berdaya saing, dan menarik minat pasar global, serta diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejaheraan pekebun,” ujar Ali Jamil.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) di awal tahun 2022 mengungkapkan bahwa potensi komoditas unggulan pada sektor perkebunan Indonesia harus terus didorong agar mampu bersaing dan menguasai pasar ekspor.
Menurut Mentan SYL tidak hanya sawit, komoditas unggulan sektor perkebunan lain juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan di pasar global antara lain kopi, kelapa, jambu mete, kakao, karet, lada, pala, cengkeh, serta komoditas perkebunan lainnya.
“ Potensi ini dapat menjadi modal kita untuk melakukan lompatan besar di pasar global," ujar Mentan SYL saat membuka Rapat Koordinasi Pembangunan Perkebunan beberapa waktu lalu.
Leave a Comment