Now Loading

Dukungan Kementan untuk Memacu Produktivitas Padi saat MT III

Dukungan Kementan untuk Memacu Produktivitas Padi saat MT III
Sumber Foto : Humas Kementan

CitraMediatama.com. Bandung Barat - Memasuki musim tanam (MT) III, Kementerian Pertanian terus memacu peningkatan produktivitas padi, di antaranya melakukan masa percepatan tanam, merealisasikan luas tambah tanam (LTT), menyalurkan bantuan pompanisasi, menggerakaan pengendalian hama terpadu (PHT), hingga pemberian pupuk organik cair yang ramah terhadap lingkungan.
 
Walaupun padi dapat ditanam sepanjang tahun, tetapi pada dasarnya petani menanam padi berdasarkan ketersediaan air. Memasuki musim tanam (MT) III pada Agustus, September, Oktober 2024 yang dilaksanakan saat musim kemarau, Kementerian Pertanian sudah mengantisipasi dengan memberikan bantuan pompanisasi untuk mengalirkan air, baik dari sumber air di sungai maupun sumur-sumur buatan.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi mengatakan, bantuan pompanisasi tersebut untuk mengejar target perluasan areal tanam (PAT) seluas 5.508 hektar di Kabupaten Bandung Barat, yang saat ini sudah terealisasi seluas 2.779,2 hektar.

Kabupaten Bandung Barat juga akan melakukan tumpang sisip (Tusip) padi gogo, dari target 304 hektar sudah direalisasikan seluas 146 hektar.

“Tercatat lahan pertanian di Bandung Barat terdiri dari lahan standcrop padi seluas 14.437 hektar, standcrop palawija dan sayuran 1.634 hektar, dan luas baku sawah 18.240 hektar. Bandung Barat sudah merealisasikan luas tambah tanam padi sejak 1 hingga 13 Juli 2024 seluas 557 hektar dari target 1.100 hektar,” kata Suwandi di Bandung Barat, Minggu (14/7/2024).

Suwandi menyampaikan, sesuai arahan Menteri Pertanan, Andi Amran Sulaiman agar petani di Indonesia melakukan percepatan masa tanam untuk menjaga produktivitas padi. Melalui bantuan pompanisasi dari Kementerian Pertanian, diharapkan petani tetap bercocok tanam meskipun pada musim kemarau pada MT III. 

Pengendalian Hama Terpadu

Di hari yang sama, Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi juga melakukan Gerakan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan mengkombinasikan pemasangan Rubuha dan perangkap tikus, untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi di Desa Jatimekar, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Kelompok tani di Desa Jatimekar mengelola tanaman padi masing-masing 22 hektar dari luasan lahan 114 hektar. Sementara luas lahan sawah di kecamatan Cipeundeuy 1.336 hektar.

Rata-rata petani di Kecamatan Cipeundey menamam padi dua hingga tiga kali dalam setahun, menggunakan benih padi varietas Inpari 32 dan 42. Produksinya rata-rata 5,6 ton GKP per hektar. Estimasi biaya yang dikeluarkan petani per musim tanam sekitar Rp 18 juta per hektar, dengan harga jual saat ini Rp 6.000 GKP per kilogram.

Tanaman padi di desa ini mendapat aliran air dari jaringan irigasi desa. Hanya saat musim kemarau saat ini petani mengalami kendala mendapatkan air dari sungai. Menjelang MT 3 pada Agustus, September, Oktober 2024,  Kementerian Pertanian memberikan solusi untuk pembuatan submersible dengan kedalaman 60 meter yang dibuat di beberapa titik di lahan persawahan tersebut.

Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi juga menekankan kepada POPT dan kelompok tani untuk melakukan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu, sehingga produktivitas padi tetap terjaga. Terkait hal tersebut, Suwandi bersama Dinas Pertanian Bandung Barat, POPT dan penyuluh pertanian, melakukan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Ia menyampaikan, PHT ini dilakukan perpaduan antara memasang rumah burung hantu (Rubuha) dan jebakan tikus. Dijelaskan, Rubuha berfungsi sebagai sarang burung hantu yang akan membunuh tikus-tikus yang ada di lahan persawahan. Burung hantu bisa memakan 3 ekor tikus dan membunuh 5 sampai 20 ekor tikus per malam. 

“Kita harus menjaga ekosistem di sawah, sehingga rantai makanan di kawasan ini tetap terjaga. Padi, misalnya dimakan tikus, kemudian tikus dimakan ular dan burung hantu, sementara burung hantu dimakan ular, begitu seterusnya, sehingga rantai makanan tetap terjaga,” jelas Suwandi. 

Suwandi juga menganjurkan petani menggunakan pupuk organik cair yang membuat tikus tidak mau menggangu tanaman padi. Salah satunya dengan penggunaan pestisida yang terbuat dari urine kambing.

Imbauan Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi diamini Ketua Kelompok Tani Jatimulya, Koko Komara. Ia mengungkapkan, tanaman padi di Desa Jatimulya sempat dilanda endemis hama tikus tahun 2023. Serangan hama tikus perlahan-lahan dapat dikendalikan sejak adanya bantuan dari POPT dan penyuluh pertanian. 

“Petugas OPT dan para penyuluh dua kali dalam seminggu turun ke area persawahan di Desa Jatimulya. Kami bersama-sama melakukan pengendalian hama tikus, salah satunya dengan pemberian obat Rodentisida yang berguna untuk membunuh hewan pengerat seperti tikus,” tutur Koko.

Mengenai pestisida urine kambing, Anshar mengutarakan, sebenarnya kelompok tani sudah familiar dengan pestisida urine kambing. Hanya saja, pestisida urine kambing kadang mengalami kendala aroma agak menyengat atau proses pembuatannya cukup lama.

“Padahal, proses pembuatan pestisida urine kambing hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Bahkan untuk kapasitas 10 ton hingga 100 ton, pembuatan pestisida urine kambing bisa diproses dalam waktu satu hari. Jadi, proses pembuatannya tidak membutuhkan waktu yang lama,” pungkasnya.

Anshar mengutarakan, ramuan pestisida urine kambing yang dibuatnya berfungsi untuk membuat tikus tidak nyaman berada di sekitaran tanaman padi, lantaran aromanya cukup menyengat.

Leave a Comment