CitraMediatama.com Jakarta - Oleh : ENTANG SASTRAATMADJA
Akhir nya terjawab sudah. Teka teki tentang siapa yang akan mengepalai Badan Pangan Nasional (BAPANAS), per 21 Pebruari 2022 telah diputuskan Presiden Jokowi. Arief Prasetyo adalah sosok yang dipilih Presiden Jokowi untuk memimpin lembaga pangan di tingkat nasional tersebut.
Kerisauan para pihak soal kelangsungan Perpres 66 Tahun 2021 tentang BAPANAS, mengingat begitu lama nya Presiden Jokowi menetapkan Kepala BAPANAS, rasa nya tidak perlu terjadi. Bangsa ini, tidak perlu menanti selama 9 tahun menunggu hadir nya BAPANAS, namun kurang dari 1 tahun Presiden Jokowi telah memilih "jagoan" nya guna menangani carut marut nya masalah pangan di negara kita.
Beberapa hari ke belakang, banyak kejadian yang membuat bangsa ini kecewa mengingat banyak masalah pangan yang tidak tertangani dengan ceoat. Sebut saja soal minyak goreng dan naik nya harga kacang kedelai impor yang membuat perajin tahu dan tempe terpaksa melakukan mogok produksi selama beberapa hati. Dihadapkan pada kondisi yang demikian, Pemerintah sendiri tampak kebingungan. Segala daya dan upaya dikerahkan untuk mencari jalan keluar nya.
Sayang, di beberapa daerah tidak bisa dihindari banyak nya masyarakat yang terpaksa antri minyak goreng, karena ketersedian nya yang terbatas. Stok minyak goreng di Indomaret, Alfa, Yomart dan yang sejenis itu kosong. Kalau pun ada, jatah nya sedikit sekali. Hanya dalam waktu beberapa jam saja, stok itu kembali kosong. Operasi pasar yang digelar0 Pemerintah juga hanya bersifat jangka pendek.
Setelah operasi pasar digelar, kembali masyarakat kekurangan minyak goreng lagi. Yang membuat kita nelangsa, ternyata ada oknum yang dengan sengaja melakukan penimbunan hingga di atas 1 juta liter minyak goreng. Temuan Aparat di Deli Serdang, Sumatera Urara tersebut mengingatkan kita terhadap fenomena penimbunan pupuk bersubsidi beberapa tahun lalu.
Arti nya, betapa banyak oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dan berkehendak untuk menyengsarakan rakyat banyak. Karena perbuatan oknum semacam inilah membuat rakyat was-was jika mereka tidak mendapatkan munyak goreng. Mereka ini layak disebut orang-orang yang senang menari di atas penderitaan rakyat banyak.
Belum rampung soal minyak goreng, kini terekam ada nya kesusahan perajin tahu dan tempe dalam menjaga dan melanjutkan produksi nya, mengingat harga kacang kedelai impor dari Amerika Selatan merangkak naik. Hal seperti ini, sebetul nya telah berlangsung lama. Pertanyaan nya adalah mengapa Pemerinrah tidak segera bergerak.
Yang pasti, kejadian ini bukan yang pertama kali di negeri ini, mengingat beberapa waktu lalu pun, hal serupa ini dialami pula oleh perajin tahu dan tempe. Tapi, inilah aneh nya negara tercinta. Banyak masalah yang tidak mampu diselesaikan sampai tuntas. Akibat nya, pengulangan masalah, harus diterima sebagai kewajaran saja.
Naik nya kacang kedelai impor asal Amerika Selatan sendiri, sebenar nya telah diprediksi bakal terjadi di awal tahun 2022 sebagai dampak dari iklim ekstrim yang melanda negara produsen kacang kedelai. Info terkini soal penyebab harga kedelai impor naik, paling tidak disebabkan oleh tiga hal yang utama.
Pertama, terjadi nya gangguan suplai kedelai dunia. Gangguan suplai ini dikarenakan target produksi kedelai meleset dari yang diperkirakan. Brazil mengalami penuruan produksi kedelai. Diprediksi pada Januari 2022 bisa mencapai 140 juta ton. Nyata nya justru menurun menjadi 125 juta ton per Pebruari 2022.
Kedua, inflasi mencapai 7 %. Ada nya inflasi di AS sebesar 7 % berdampak pada harga produksi kedelai. Dan ketiga, ada nya pengurangan tenaga kerja, kenaikan biaya sewa lahan dan ketidak-pastian cuaca di negara produsen kedelai. Inilah tiga pemicu utama, mengapa kacang kedelai impor dari Amerika Selatan, khusus nya Brazil merangkak naik sejak beberapa waktu yang lalu.
Di sisi lain, tidak sedikit orang yang berharap agar BAPANAS segera turun tangan untuk mengatasi nya. Hal ini tergambar dari pernyataan "coba kalau ada BAPANAS, pasti masalah kelangkaan minyak goreng dan kesulitan perajin tahu dan tempe, tidak akan terjadi". Sayang, hingga muncul nya ke dua masalah diatas,
BAPANAS sendiri masih sebatas kata dan kalimat sebagaimana yang tertulis dalam Perpres. Baru tanggal 21 Pebruari 2022, Presiden Jokowi mengangkat Arief Prasetyo sebagai Kepala nya. Jadi, jalan yang cukup panjang masih harus dilalui BAPANAS jika dan hanya jika BAPANAS ingin operasional.
Menjadikan BAPANAS agar tampil sesuai harapan Perpres 66/2021, tentu membutuhkan kerja keras kita bersama. BAPANAS adalah kelembagaan negara yang dikelola oleh ASN yang rata-rata sudah berpengalaman mengelola pangan. Sebagian besar pegawai nya berasal dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian.
Mereka telah teruji dalam mengelola pembangunan Ketahanan Pangan, baik yang terkait dengan Ketersediaan, Keterjangkauan dab Pemanfaatan Pangan. Mereka juga terlibat langsung dalam penyusunan Undang Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. UU inilah yang mendasari lahir nya BAPANAS.
Itu sebab nya, yang paling dibutuhkan dari seorang Arief Prasetyo adalah sampai sejauh mana diri nya mampu "mengelola" sumber daya manusia yang cukup handal di bidang pangan ini agar mereka dapat berkiprah secara optimal. Disinilah diperlukan kepiawaian seorang Arief Prasetyo. Upaya memadukan semangat profesional dan spirit birokrat, dengan tetap mendengarkan suara hati para pemangku kepentingan di bidang pembangunan pangan, kita yakin BAPANAS akan tampil dengan marwah yang dimiliki nya.
BAPANAS, tentu harus tampil berwibawa. Sebagai lembaga Pemerintah yang menangani urusan pangan, berarti yang digarap BAPANAS ini, menyangkut mati hidup nya suatu bangsa. Oleh karena itu, sekira nya ada oknum yang bermain-main dengan pangan, maka menjadi kewajiban BAPANAS untuk mengingatkan nya. Selain itu, BAPANAS juga tidak boleh takut dengan yang nama nya Mafia Pangan. BAPANAS, mesti berani bersikap tegas dan lugas dalam menghadapi Mafia Pangan.
Yang tak kalah penting nya untuk disiapkan oleh Keluarga Besar BAPANAS adalah bagaimana agar harapan Presiden Jokowi untuk mengembangkan Food Estate dan Lumbung Pangan Dunia 2045, benar-benar mendapat topangan yang serius. BAPANAS perlu bersinergi dan berkolaborasi dengan lembaga Pemerintah lain yang memiliki kaitan dengan pembangunan pangan ini.
Sebut saja soal Perencanaan Pangan. Pasti BAPANAS harus bersinergi dengan Bapenas dalam merumuskan Grand Desain Perencanaan Pangan yang utuh, holistik dan komprehensif. Begitu pun dalam upaya membangun simpul koordinasi pangan antara Pusat dan Daerah, BAPANAS perlu bersinergi dengan Kementerian Dalam Negeri. Sinergi, Sinkronisasi dan Kolaborasi merupakan tuntutan yang harus digarap oleh BAPANAS.
Disodorkan pada hal yang demikian, sebagai profesional yang boleh dibilang sukses ketika memimpin BUMD di DKI Jakarta atau pun BUMN, Arief Prasetyo diharapkan mampu membawa BAPANAS menjalankan 11 fungsi yang dibebankan Perpres kepada lembaga pangan tingkat nasional ini. BAPANAS mesti tampil menjadi kekuatan baru dalam pembangunan pangan di negeri ini. Memasuki babak baru, jangan sampai BAPANAS hanya hadir ibarat "macan ompong" yang sudah dicopot taring nya. (PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).
Leave a Comment